• Pemilihan Penuh Dusta

    Sebenarnya saya tidak ingin golput
    Saudara !
    Saya ingin memilih orang-orang shaleh yang cendekia,
    yang peduli pada nasib rakyat, amanah saat bekerja,
    dan berani menentang arus koruptif
    yang merajalela.

    Tapi di manakah orang-orang langka
    itu kini berada ?
    Ternyata mereka tidak dicalonkan oleh partai-partai yang ada ...
    karena mereka bukan kader, bukan
    kerabat atau teman ketua,
    juga tidak mampu mempersembahkan "gizi" dan "amunisi" yang diminta.
    Kalaupun dicalonkan, mereka ditaruh
    di dapil-dapil kering merana,
    yang insya Allah di situ partai akan
    sedikit mendulang suara.

    Lantas saya harus memilih siapa ?
    Sebenarnya saya tidak ingin golput
    Saudara !
    Saya ingin memilih partai yang serius membangun bangsa,
    mengedukasi rakyat tentang politik
    luhur tak hanya jelang pilihan raya,
    mengadvokasi rakyat ketika ada yang salah pada kebijakan penguasa, mengagregasi rakyat agar bersatu dalam bhinneka tunggal ika,
    dan mengartikulasi suara rakyat yang sesuai nurani mereka.

    Tapi di manakah partai-partai langka itu kini berada ?
    Ternyata tidak lolos verifikasi
    administrasi dari KPU mereka,
    karena mereka tidak ingin memenuhi
    beberapa prosedur secara rekayasa.
    Bila terpilihpun, belum tentu mereka
    akan duduk di kursi singgasana,
    karena ada aturan parlementary
    threshold dan seabreg yang lainnya.

    Sebenarnya saya tidak ingin golput
    Saudara !
    Saya ingin memilih politisi yang pahamdemokrasi dengan sempurna,
    agar di parlemen nanti dia tidak
    menciptakan hukum yang dibenci
    surga.
    Tetapi saya ingin dengar dari mulut
    mereka,
    janji yang serius untuk mengganti
    semua UU yang durhaka,
    menjadi sistem yang taat pada Sang
    Pencipta Jagad Raya.

    Tapi di manakah politisi langka itu kini berada ?
    Ternyata mereka tidak mencalonkan
    diri di pilihan raya,
    karena mereka tidak ingin mengikuti
    logika jumlah suara,
    entah suara kyai dengan suara pelacur sama harganya,
    atau suara cendekia sudah dikebiri
    suara para pengusaha.
    Mereka juga belum melihat pemilu
    akan mengganti suasana,
    karena tergantung juga seberapa
    "tersesat" kita kini tengah berada.
    Mereka yang tersesat hanya akan
    memilih penyesat sebagai juara,
    bahkan yang luruspun akan berpura-
    pura menjadi terperdaya ...

    Sebenarnya saya tidak ingin golput
    Saudara !
    Saya ingin ikut berjuang bersama
    orang-orang yang berbuat nyata !
    Memperbaiki negeri dari dasarnya,
    bukan sekedar membangun citra !
    Bukan yang mengajak orang memilih,
    lalu lima tahun melupakannya !

    Saya takut pada hari di mana diminta pertanggungjawaban kita.
    "Mengapa kau pilih dia padahal dia
    tidak berhukum pada Kitab-Nya?"
    "Mengapa kau pilih dia padahal dengan penjajah dia bermanis muka?"
    "Mengapa kau pilih dia padahal umat tak pernah dibelanya?"
    "Mengapa kau pilih dia padahal dia tak jelas kompetensinya?"
    "Mengapa kau pilih dia padahal di
    sidang tak pernah terdengar
    suaranya?"
    "Mengapa kau pilih dia padahal soal
    lancung partainya itu sudah biasa?"
    Aduh kepada Tuhan nanti saya harus
    bilang apa?

    Dan saya pun sayup-sayup mendengar
    juga ...
    "Jangan golput, nanti "pihak sana"
    yang mendominasi dan berkuasa!"
    "Jangan golput, itu sikap paling
    pengecut dan sangat tidak dewasa!"
    "Jangan golput, itu perbuatan setan
    karena membuat pemilu sia-sia!"
    Tapi saya harus memilih siapa?
    Memilih dia ? Mengikuti pilihannya ?
    enak saja ...
    Setelah terpilih dia toh akan akan
    berkoalisi dengan "pihak sana" ...

    Lalu ada yang angkat bicara, "Kenapa tidak Anda saja calegnya?"
    "Iya kenapa Anda tidak bikin partai
    saja, biar kita bisa pilih bersama?"
    "Supaya kita juga ada pilihan dan tidak hanya bermuram-durja?"

    Betul, tapi ini sebuah kompetisi yang
    dirancang tidak untuk kita !
    Ini sebuah kompetisi untuk
    mengokohkan hegemoni penguasa
    dunia !
    Ini sebuah kompetisi yang tak
    mungkin kita menangkan selamanya !

    "Lho, belum-belum Anda sudah putus asa ?"
    Tidak, tetapi sejarah telah berulang
    kali membuktikannya !
    Maka Teladan Utama kita menunjukkan jalan yang teruji bijaksana.
    Yakni jalan dakwah, mengubah pribadi dan opini umum kaumnya.
    Lalu merebut hati orang-orang kuat
    agar mendukung tanpa syarat apa-apa.
    Karena tanpa perubahan opini umum, partai terbaikpun tak dapat suara.
    Dan tanpa merebut hati orang kuat,
    kemenangan itu fatamorgana.

    "Tapi jalan dakwah itu lama,
    bagaimana kalau besok kita sudah
    binasa?"
    Betul, jalan dakwah itu berliku dan
    membosankan mayoritas kita !
    Tapi ini jalan yang diwariskan para
    Nabi yang mulia !
    Nabi Nuh telah berdakwah
    sembilanratus limapuluh tahun
    lamanya !
    Nabi Muhammad menolak tawaran
    Quraisy untuk berkuasa,
    selama itu tidak untuk menerapkan apa
    yang diwahyukan Rabb-nya.

    Jadi, kalau ingin kami tidak golput
    Saudara,
    jangan hujat kami dengan kata-kata
    yang menambah kami terluka !
    Tetapi perbaikilah dan pantaskanlah
    caleg dan partai Anda !
    Tunjukkanlah keseriusan untuk
    meninggikan kalimat Allah azza wa
    jalla.
    Tunjukkanlah kompetensi yang pantas
    dalam soal akherat dan dunia.
    Dan tak perlu bermanismuka dengan
    penjajah siapapun wujudnya.
    Insya Allah masih ada masa, dan kami
    akan bersama Anda !

    00:56
    Fanspage prof. Fahmi amhar

0 komentar:

Search