• Mulianya Seorang Wanita

    Kamu tau, ketika hujan turun, jalanan akan dibasahi oleh air, dan pada saat yang sama kami rela tetap tidak menyingsingkan pakaian kami. Disaat orang-orang menggulung pakaian mereka, supaya meminimalisir tidak kena basah, maka kami rela tetap dengan sempurna memakai kerudung, jilbab, dan kaus kaki, hanya demi untuk menutupkan aurat kami. Kami rela kebasahan ketika naik motor, kami rela berjalan walaupun air menyiprati kaus kaki kami. Kami rela berjam-jam dengan kaus kaki basah mengendarai motor. Semata-mata hanya demi ketundukkan kami terhadap hukum syara. 

    Kamu tau, ketika udara bumi semakin memanas karena global warming. Kami masih tetap konsisten dengan pakaian luar kami. Kami kepanasan hingga membuat pakaian rumah dan pakaian luar kami basah oleh keringat. Ketika semua aktifitas yang kami lakukan diluar, bertemu langsung dengan terik matahari. Ketika mengendarai motor, kami rela wajah dan punggung tangan kami terbakar oleh sengatan panas matahari. Panas matahari tidak akan menghalangi kami untuk selalu berdakwah menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Kami sadar, bahwa ini masih panas didunia, bagaimana jika ketika kami keluar dengan pakaian mini, pakaian yang tidak menutup aurat, maka panas neraka akan kami rasakan lebih kejam dari dunia. 

    Kamu tau, ketika usia kami sudah masuk aqil baligh. Kami diperintahkan untuk wajib menutup aurat kami secara sempurna. Disaat teman-teman sebaya kami masih dengan asiknya membuka auratnya, dan memperlihatkan baju-baju bagusnya, menampakkan lekukan tubuh indahnya. Teman-teman kami memamerkan rambut hitamnya, rambut panjangnya kepada dunia luar, tapi kami tetap menjaga kehormatan kami dengan memakai khimar (kerudung). Kami rela mempertahankan model gamis yang longgar dan yang tidak berkerut. Kami rela tidak memodifikasi model kerudung kami, supaya biar dibilang gaul. Kami rela dipanggil ibu haji, ibu pengajian, ustadzah, dan segala macem panggilan yang membuat kami semakin BT, sedangkan usia kami masih belia. Kami rela di ejek teman-teman hanya sebuah pakaian yang membedakan kami dengan mereka. Kami rela melakukan itu semua, semata-mata karena kami ingin mulia dihadapan Rabb kami, Allah swt.

    Kamu tau, ketika usia kami beranjak dewasa. Hati kami pun merasakan apa yang dinamakan oleh cinta. Kami rela mengutarakan dalam diam. Kami rela menolak tembakan (baca:menyatakan cinta) teman lelaki kami. Kami rela tidak membalas surat cinta yang teman laki-laki kami kirimkan. Kami rela menangis karena rasa sedih yang kami rasakan. Karena kami tahu, bahwa pacaran itu haram. Kami rela menjaga pergaulan dengan teman lelaki kami. Kami rela tidak membalas sms-sms yang datang untuk menggoda kami. Kami rela tidak merayakan v-day yang kebanyakan teman-teman kami rayakan dengan pacarnya. Kami patuhi itu, semata-mata kami ingin menjaga hati kami sampai kami menemukan lelaki yang halal yang siap menikahi kami.

    Kamu tau, ketika kami menjadi seorang ibu. Kami rela mengandung sembilan bulan lamanya. Dalam tidur kami, dalam duduk kami, dalam aktifitas kami, kami selalu memikirkan anak-anak dalam perut yang sedang kami kandung. Kami rela muntah-muntah ketika usia kandungan kami masih sangat muda. Kami rela merasakan susahnya bangun ketika perut kami semakin membesar. Kami merasakan kebahagiaan ketika isi kandungan kami menendang-nendang tanda ingin menyapa. Kami rela menahan rasa yang begitu sakit, ketika air ketuban kami sudah pecah dan perut kami mengalami kontraksi yang tak terhankan. Bahkan rasa sakit itu, tak akan kami rasakan lagi ketika melihat wajah mungil yang baru menatap dunia. Kami rela membesarkan anak-anak kami. Kami rela begadang demi mengurus rengekan bayi-bayi kami. Kami rela membersihkan kotoran anak-anak kami. Kami susui, kami timang, kami buai, kami berikan kasih sayang kami sedalam mungkin kepada anak-anak kami. Kami rela mendidik mereka hingga mereka siap dilepas menjadi generasi penerus kami. Kami tidak meminta apapun dari mereka, kecuali menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Yang bisa menolong kami di akhirat kelak. Semua yang kami lakukan semata-mata hanya karena Allah, karena naluri seorang ibu yang memberikan kasih sayang, kebahagiaan, kebutuhan kepada seluruh anak-anaknya. 

    Kamu tau, ketika Rasullullah menyebut nama Ibu sebanyak tiga kali, sebagai orang yang harus kita muliakan. Kamu tau, kisah ibunda al-khanza binti amru, ibu para syuhada. Yang merelakan keempat putra kesayangannya syahid dimedan jihad. Dengan berbekal keimanan dan ketaatan yang luar biasa, ia rela ditinggalkan oleh keluarga tercinta tanpa sedikitpun menteskan air mata. Karena ia sadar, balasan tertinggi yang akan diterimanya adalah surga. Kamu tau, kisah hindun binti utbah, manusia yang dulunya memusuhi Islam, namun dengan keindahan Islam yang baru ia rasakan, ia rela meninggalkan agama jahiliyahnya dan memeluk Islam. Ia rela menjadi salah satu sohabiyah yang turut ikut campur dalam peperangan melawan kafir Quraisy bersama dengan pasukan Rasulullah. Ia rela menjadi pasukan terdepan yang memperjuangkan Islam. Jiwa, raga, harta, nyawa, keluarga, ia korbankan semata-mata hanya untuk Islam. Kisah aisyah, fatimah, khadijah, dan para wanita-wanita lainnya. Yang selalu senantiasa menjaga kehormatan dirinya, suaminya, anak-anaknya, keluarganya, semata-mata hanya untuk Islam.

    Dan kamu tau, keadaan sistem sekarang yang membuat kemuliaan seorang wanita mulai pudar. Wanita dijadikan alat komoditas, diperjual belikan, diperdagangkan, dijadikan objek pemuas hasrat laki-laki. Keadaan sekarang yang selalu menuntut wanita tampil perfect, tampil modis, dan tampil minimalis. Karena slogan-slogan barat yang mengatakan bahwa cantik itu yang putih, yang langsing, yang rambutnya lurus, yang wajahnya tidak jerawatan, yang pakaiannya terbuka, dan yang lain-lain. Tapi kami rela, sebagai kaum yang minoritas ditengah-tengah sistem yang keji ini. Kami rela mempertahankan ideologi Islam kami untuk menentang kedzoliman yang menimpa kami. Kami rela tetap menjaga aurat kami, walau berbagai hinaan kami terima. Kami ingin seperti ibunda-ibunda sohabiyah Rasulullah. Kami ingin kedudukan kami mulia dimata Allah. 

    Kami rindu ketika Islam sangat memuliakan seorang wanita. Seorang yahudi yang iseng menyingkap aurat wanita, saat itu juga didatangkan pasukan Islam untuk mengamankan si yahudi tersebut. Kami iri dengan fasilitas yang diberikan negara Islam pada masa itu, dikhususkan untuk para wanita. Sehingga aktifitas khas kami terpisah oleh kaum lelaki. Kami rindu akan kejayaan Islam. Kami rindu ingin dimuliakan kembali. Memulikan diri dan dimuliakan oleh Allah. Kami akan tetap terus berdiri tegak hingga nyawa terlepas dari jasad kami. Tetap menjadi wanita yang mulia, yang memperjuangkan Islam sampai mati.

    23.02
    dapet inpirasi ketika hujan turun

0 komentar:

Search