Seneng banget ketika punya jas hujan sendiri. Penuh pertimbangan buat beli tuh jas ujan. Akhirnya, karena musim ujan telah tiba, saya pun memberanikan diri untuk memiliki jas hujan. Setelah dua tahun lamanya saya hidup di jogja, baru punya jas ujan sendiri. Dan cerita pun dimulai.
"waw mantelnya mirip jubah ajaib harpot euy" kata seorang cewek berkacamata yang ga sengaja nemu gantungan mantel di pusat perbelanjaan di jogjakarta. "tapi kok warnanya merah, malah mirip jas ujan" celotehnya.
"emang itu jas ujan dudul" suara dari arah bawah tanah. "dih, suara sapa tuh, kok kaga ada orangnya" cewek kacamata bingung. "mangkanya dong, elu liat ke bawah" perintah suara misterius itu. "ngapain lu disitu?" tanya cewek kacamata. "elu yang ngapain, ngapain lu malah nginjek gue T.T" ternyata dia temennya si cewek kacamata ini. Lelucon ala sketsa trans tv pun kembali mereka praktekan. Dasar manusia korban tv.
Khayalan cewek kacamata melanglang buana, memasuki alam bawah sadar dia. "kalo gue pake mantel ajaib ini, air hujan pun ga akan liat keberadaan gue, gue akan jadi satu-satunya pengendara motor, tanpa terlihat. Penampakan yang akan muncul hanyalah sepatu dan kaos kaki cute gue. Lampu merah ga akan melihat gue, polisi juga. Dan gue bisa bebas dijalanan, tanpa harus ketauan polisi kalo STNK motor gue pajaknya udah mati. Hahaha". Ketawa bangga.
Tiba-tiba. "jadi beli ga mbak jas hujannya, banyak antrian dibelakang tuh" cetus kasir. "gubrak" muka garis-garis dengan ekspresi mata kedutan, ala komik. "iya mbak, saya jadi ambil" jawab cewek kacamata, sambil kesel karena imajinasinya dirusak ama kasir.
"temen gue, mana temen gue" cewek kacamata panik. "bang, liat temen gue ga?" nanya ke tukang becak yang udah mbah-mbah. "emmboten ngertos kulo mbak, ra weruh iki mripate" jawab si mbah becak. "woi, kucrut, dimana lu" tereak cewek kacamata. "gue, dibelakang lu, dudul" tereak pas dikuping cewek kacamata. "ngapain lu dibelakang gue" tanya menyelidiki. "tali jilbab gue, nyangkut di situ tuh" ternyata ada orang iseng yang ngerjain mereka. Halah sudahi kekonyolan ini, yang nulis cerita protes.
"ah, payah nih, gue udah beli jas ujan malah ga ujan-ujan, kan jadi ga bisa ngetes nih jubah ajaib" keluh cewek kacamata. Breeesssss... Hujan deres pun tiba-tiba keroyokan, tepat setelah si cewek kacamata mengeluh. "Astagfirullah ya Allah, kenapa ga bilang-bilang kalo mau turun, udah keburu basah kuyub deh. Nanggung, ujan-ujanan sekalian ah" cewek kacamata, turun dari motor, lari kelapangan terus guling-guling ditanah, mirip anak autis tingkat rumah sakit jiwa. Karena dia punya prinsip, berani kotor itu baik.
Besoknya, dari kampus cewek kacamata udah siap dengan jubah ajaibnya. Takut kalo mendadak ujan lagi. Bener dugaannya, ga nyampe 5 menit perjalanan, ujan dateng keroyokan lagi. "Alhamdulillah, udah sedia mantel sebelum ujan" seneng cewek kacamata. Saking deresnya, jalanan pun tergenang banjiran disana-sini. Ga bisa dipungkiri, kaos kakinya ikut terbawa oleh basahan banjir yang menyelimuti seluruh penjuru kaki cewek kacamata. Khayalan beberapa minggu sebelumnya lenyap ditelan bumi.
Mantelnya sampe sekarang ga bisa berubah jadi jubah ajaib, dan air hujan pun masih bisa masuk kecelah-celah bagian yang tak tertutup mantel. Cewek kacamata hanya bisa menikmati perjalanan dengan kondisi kaki tergenang air, dan tusukan air hujan yang menghujam tubuhnya. "aww sakit". Jas hujan pun tak bisa melindungi kaos kakinya. "besok gue harus pake sepatu boot, pokoknya". Yang dipikirkan cuma solusi parsial, bukan solusi tuntas. Anak kecil disebelahnya celoteh "mah, becok kita nyaik mobil aja yuk, bial ga keujanan lagi" cerdas. -Tamat-
Hahaha. Karangan cerita yang memuakkan. Sekali lagi, tokoh yang diperankan hanya fiktif belaka.
21.23
Jas ujannya nyata, dan kaos kaki saya beneran basah.
0 komentar:
Posting Komentar